ditulis Maret 2005 untuk sebuah harian nasional (tidak terbit)
Malaysia menjadi salah satu negeri yang memiliki daya tarik tersendiri, sebagai tempat bekerja ratusan ribu penduduk Indonesia membanting tulang di sana, sebagai negara tujuan wisata ratusan ribu pula masyarakat penjuru dunia mendatanginya. Ya, Malaysia telah menjelma menjadi salah satu kota Asia modern, bahkan dengan brand image “Malaysia: Truly Asia” nya, citra Malaysia sebagai tempat yang paling tepat untuk melihat, merasakan dan mengalami kebudayaan dan alam Asia dipasarkan. Dengan modernitas dan brand image nya, Malaysia berhasil menjadi salah satu negara favorit sebagai tujuan. Seperti yang diutarakan Lynch (1960), citra sebuah lingkungan adalah hasil dari proses dua arah antara pengamat dan lingkungannya, dimana lingkungan menawarkan kekhasan dan keramahannya, sementara pengamat memilih, mengorganisasikan dan memaknai apa yang ia lihat. Untuk itu sebuah objek harus memiliki tiga komponen yaitu identitas, struktur dan makna (Lynch, 1960). Empat elemen yang memiliki tiga kompoen pencitraan tersebut adalah jalur KLIA-Stasiun Sentral-Petronas-dan jaringan ERL-LRT.
KLIA-the gate
Inilah pintu masuk Malaysia. Kuala Lumpur International Airport (KLIA) -dibangun di atas lahan 25.000 ha di Sepang-berada posisi sangat strategis dimana ia dikelilingi oleh empat kota utama yaitu Kuala Lumpur, Shah Alam, Seremban and Malaka. KLIA boleh jadi merupakan salah satu bandara terbaik yang dimiliki oleh kawasan Asia Pasifik. Dengan perencanaan dan desain yang menggabungkan kehijauan alam dan kerahaman Malaysia sebagai identitas Malaysia dengan teknologi mutakhir yang mampu memaksimalkan keamanan, kenyamanan dan kesempurnaan pelayanan, KLIA menjadi titik awal pencitraan Malaysia.
Kisho Kurokawa, arsitek terkenal Jepang yang mendesain bandara ini mengetengahkan tema “airport in the forest, forest in the airport (bandara dalam hutan, hutan dalam bandara)” untuk mencapai citra tersebut. Dengan hutan tropis yang mengelilingi bandara, KLIA muncul sebagai simbol modernitas di tengah hijau nya alam Malaysia. Tema ini terus diimplementasikan dengan menanami puluhan jenis tanaman di sekelilingi fasilitas bandara serta dengan menciptakan arboretum hutan hujan di bagian inti terminal internasional KLIA.
KLIA menjadi salah satu elemen yang membawa posisi Malaysia sejajar dengan negara-negara maju lainnya dengan menjadikan semua yang terkait dengan KLIA sebagai yang terbaik, misalnya lahan 25,000 ha tempat KLIA berdiri adalah salah satu lahan konstruksi dan lahan bandara terbesar di dunia, 4,5 tahun merupakan proses pembangunan bandara tercepat yang pernah dilakukan, memiliki menara pengawas tertinggi di dunia (120m), sistem bagasi terpanjang, ruang tunggu penumpang terbesar dan kapasitas bandara sebesar 25 juta orang setahun. Sejak dioperasikan penuh pada 29 Juni 1998, KLIA menjadi gerbang pertama citra Malaysia.
Stasiun Sentral– the hub of modern transit
Stasiun Sentral yang berdiri di atas lahan seluas 30278m2, merupakan salah satu fasliitas yang dimiliki oleh komplek KL Sentral-yang didesain oleh arsitek Kisho Kurokawa. Stasiun Sentral sendiri didesain oleh GDP Architects Sdn Bhd untuk melanjutkan peran KLIA dalam sistem linkage citra Malaysia., Stasiun Sentral -yang mulai beroperasi 16 April 2001-menjadi titik penting untuk menunjukkan modernitas sistem transportasi Malaysia.
Stasiun sentral KL dikenal juga sebagai “Virtual City Airport” station karena bagi calon penumpang pesawat terbang, stasiun sentral merupakan bagian awal dari sistem pelayanan penerbangan yang nyaman, dimana stasiun juga berfungsi sebagai KL CAT (city Air Terminal) yang memberi kesempatan penumpang melakukan check-in untuk penerbangan dan bagasi sehingga mereka dapat lebih menikamti perjalanan sebelum penerbangan dengan memanfaatkan fasilitas-failitas yang ada baik di KL Sentral maupun KLIA.
Desain Stasiun Sentral -seperti halnya KLIA-menggabungkan identitas Malaysia (karakter dan keunikan pola dan motif budaya) dengan teknologi, melalui proses penataan fungsi ruang yang abstrak, tumpang tindih dan saling berhubungan namun tetap menghargai individualitas masing-masingnya. Ini tercermin melalui fungsi-fungsi komersial, CAT, Stasiun, dan ruang-ruang publik yang tidak terpisahkan secara visual namun dengan teritori dan karakter masing yang tegas. Sebagai kelanjutan dari KLIA maka beberapa elemen desain bandara juga diintegrasikan ke dalam desain keseluruhan stasiun, seperti konsep desain “Airport in the Forest and Forest in the Airport” yang kembali diterapkan melalui unsure-unsur tanaman di luar dan dalam stasiun.
Stasiun Sentral merupakan titik pertemuan antara Express Rail Link (ERL) yang menghubungkan KL Sentral – KLIA dan Commuter Rail Service (CRS)/KTM komuter yang menghubungkan Port Klang-sentul dan seremban-rawang; serta LRT (light rail transit) dan KL Monorail yang menuju stasion-stasion di seluruh penjuru kota.
Petronas Twin Tower-the heart
Posisi nya dalam skema perjalanan kunjungan ke Malaysia memang bukan yang pertama, namun Petronas Twin Tower tetap menjadi elemen pencitraan yang paling penting bagi Malaysia. Status nya sebagai salah satu bangunan tertinggi di dunia mengangkat citra Malaysia sebagai negara dengan penerapan teknologi yang maju. “Bangunan ini telah menjadi ikon yang mengekspresikan kebudayaan masyarakat kontemporer Malaysia dan membangun di Negara yang kaya tradisi untuk membentuk sebuah kota dunia”, demikian komentar dewan juri ketika menganugerahkan Aga Khan Award 2004 kepada Petronas Twin Tower.
Menara Petronas adalah bagian utama dari daya tarik kompleks Kuala Lumpur City Centre (KLCC) yang berada tepat dijantung kawasan komersial kota Kuala Lumpur. Menara ini memiliki tinggi 452 meters dengan jumlah lantai 88. Cesar Pelli -sang arsitek-memadukan identitas Malaysia dan modernitas melalui pola-pola yang dikenal dalam kebudayaan Islam (sebagai agama mayoritas) dengan struktur, teknik, dan material yang digunakan. Denah masing-masing menara yang berbentuk bintang segi delapan diambil dari pola budaya Islam. Kita juga dapat melihat penggunaan pola-pola geometris kebudayaan Malaysia pada ornament aristektur dan dekorasi. Iklim tropis Malaysia disiasati dengan teritisan yang mengurangi panas matahari yang masuk.
Petronas Twin Tower -seperti yang dituliskan oleh Pelli (2001)-bukan saja tinggi dalam dimensi fisiknya, tapi merupakan puncak dari hasrat kita untuk menghubungkan bumi dan surga melalui arsitektur. Bagi Malaysia, Menara ini menegaskan posisi negara dalam ekonomi dunia, dan menunjukkan citra Malaysia sebagai negara yang berhasil memadukan budaya timur dan barat, dan menjadi gerbang bertemunya kedua budaya.
Sistem ERL dan LRT-the linkage
Citra Malaysia bukan saja didapatkan dari apa yang ditampilkan oleh KLIA, Stasiun Sentral dan Petronas Twin Tower, tetapi juga pada linkage visual yang diciptakan ketiganya melalui Sistem Rel yang ada. Linkage visual menjadi sangat penting untuk mengikat dan menyatukan citra yang telah terbangun, karena ia-seperti yang dikatakan Bacon (1978) mampu menghubungkan dua atau lebih fragmen kota dalam satu kesatuan visual, serta menyatukan daerah kota dalam berbagai skala.
Sistem transportasi yang baik -seperti yang dituliskan Tsukio (1997)-memberikan keberlanjutan makna transportasi antara kedua tempat dan menggambarkannya sebagai sesuatu yang dekat, bukan dalam ruang tapi dalam waktu, dan seperti yang diterapkan di Malaysia, jarak KLIA-Stasiun Sentral sejauh 57 km dapat ditempuh lebih kurang 28 menit dengan Express Rail Link (ERL) dan jarak Stasiun Sentral-KLCC (Petronas Twin Tower) sejauh kira-kira 15 km dengan menggunakan Light Rail Transit (LRT) Kelana Jaya-Terminal Putra dapat ditempuh hanya selama 30 menit saja (tanpa terjebak kemacetan kota Kuala Lumpur), sehingga bagi penumpang transit pesawat terbang dengan waktu lebih kurang 2 jam mereka sudah dapat menikmati Malaysia dan kembali lagi ke KLIA untuk melanjutkan perjalanan. Selain ERL dan LRT, wilayah-wilayah di kota Kuala Lumpur dan Malaysia juga terhubungkan oleh jaringan KTM komuter dan KL Monorail, sehingga kedekatan yang dihasilkan oleh Sistem ERL dan LRT ini semakin mampu membangun dan memperkuat citra Malaysia sebagai Negara dengan identitas timur dan modernitas barat, melalui sistem transportasi yang nyaman dan modern.